berita69.org, Jakarta - Presiden RI keenam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyoroti soal keadaan dunia yang saat ini penuh dengan ketidakpastian.
Termasuk, perang yang belakangan kerap terjadi di berbagai domisili.
Padahal, lanjut SBY, ketahanan sebuah peradaban bukanlah terletak pada kekuatan senjata atau kebesaran angkatan bersenjata, melainkan pada kemampuan untuk mencegah perang itu terjadi.
Baca Juga
- Bertemu Pramono, SBY Ajak Pelukis Jerman yang Ingin Melukis Monas dari Lantai 23
- Demokrat Bantah Dalangi Isu Ijazah Palsu: Itu Upaya Adu Domba SBY-Jokowi!
- Cerita SBY Pernah Mediasi Thailand dan Kamboja pada Tahun 2011
“Khusus urusan tentang apakah suatu wilayah harus berperang atau sebaliknya, kalau kepentingan nasional dapat dicapai secara damai, tidak harus berperang,” kata SBY dalam Pidato Kebangsaannya terkait gejala “The World Disorder and The Future of Our Civilization” yang digelar Institut Peradaban di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Rabu (30/7/2025).
Advertisement
SBY pun berbagi pengalamannya saat masih aktif di dunia militer.
Menurut dia, sepelik apapun masalah yang pernah dihadapi sebagai seorang TNI aktif, jalur damai bakal dipilih ketimbang harus mengangkat senjata untuk menyelesaikan masalah tersebut.
“Kalau masih ada jalan damai untuk tegaknya sang merah putih, kami akan memilih jalan damai itu.
Mengapa?
Kami, para jenderal, ter mengetahui harga mahal yang harus dibayar dalam sebuah peperangan, termasuk beban wilayah untuk membiayai mesin peperangan yang besar dan bisa berlangsung luar biasa lama,” jelas SBY.
SBY mengakui, cara serupa juga ia terapkan saat dipercaya sebagai Presiden RI keenam terpilih.
Dia lebih mengutamakan pendekatan politik dalam negeri dan diplomasi.
“Presiden itu bukan hanya commander in chief, tetapi juga diplomat in chief,” ucapnya.