berita69.org, Jakarta - Fenomena langit gerhana bulan total akan terjadi pada Minggu 7 September 2025.
Beredar informasi gerhana bulan bisa memicu gempa, benarkah?
Direktur Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Setyoajie Prayoedhie menegaskan informasi gerhana bulan bisa memicu gempa adalah tidak benar.
Baca Juga
- Begini Cara Nonton Gerhana Bulan Total Gratis di Planetarium Jakarta, Kuota Terbatas
- Menguak Berbagai Hoaks Peristiwa Gerhana, Simak Daftarnya Biar Tak Terpengaruh
- Cek Fakta: Tidak Benar Dunia akan Gelap 6 Menit pada 2 Agustus 2025 Efek Gerhana
"Ini hoax.
Gerhana bulan tidak berkorelasi dengan aktivitas kegempaan di Indonesia," kata Setyoajie ketika dihubungi berita69.org, Sabtu (6/9/2025).
Advertisement
Dia menjelaskan, peristiwa gempa di Indonesia secara umum disebabkan oleh aktivitas tektonik di zona sesar aktif atau subduksi dan karena aktivitas vulkanik gunung berapi aktif.
Sementara itu, menurut BMKG, Gerhana Bulan adalah peristiwa terhalanginya cahaya Matahari oleh Bumi sehingga tidak semuanya sampai ke Bulan.
Peristiwa yang merupakan salah satu akibat dinamisnya pergerakan posisi Matahari, Bumi, dan Bulan ini hanya terjadi pada saat fase purnama dan dapat diprediksi sebelumnya.
Gerhana Bulan Total terjadi saat posisi Matahari-Bumi-Bulan sejajar (di satu garis lurus).
Hal ini membuat Bulan masuk ke bayangan inti (umbra) Bumi.
Saat puncak gerhana terjadi, Bulan akan terlihat berwarna merah jika langit cerah.
Warna merah pada Bulan disebabkan oleh hamburan Rayleigh di atmosfer Bumi.
Cahaya matahari yang melewati atmosfer Bumi akan terhambur, sehingga cahaya dengan panjang gelombang pendek seperti biru akan tersebar lebih banyak, sementara cahaya dengan panjang gelombang lebih panjang seperti merah akan lolos dan mencapai permukaan Bulan, sehingga Bulan tampak merah.