Komisi VII DPR: Kearifan Lokal Harus Jadi Roh Perfilman Indonesia di Era Digital - News berita69.org

Komisi VII DPR: Kearifan Lokal Harus Jadi Roh Perfilman Indonesia di Era Digital - News berita69.org

  • Sport
Komisi VII DPR: Kearifan Lokal Harus Jadi Roh Perfilman Indonesia di Era Digital - News berita69.org

2024-11-12 00:00:00
Rahayu menekankan bahwa VOD membuka peluang bagi sineas muda untuk menampilkan karya mereka kepada publik yang lebih luas tanpa harus menembus jaringan bioskop yang terbatas.

berita69.org, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Rahayu Saraswati Djojohadikusumo menekankan pentingnya menjaga kearifan lokal dalam memproduksi karya sinematik.

Hal itu disampaikan Rahayu Saraswati dalam Focus Group Discussion (FGD) Penelitian Fundamental Reguler Direktorat Riset, Teknik, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kemdikbudristek-UBM bertajuk ‘Permodelan Proses Produksi, Distribusi, dan Konsumsi Sinema Indonesia Pasca Disrupsi Digitisasi Film dan Layanan VOD’ di Hotel Aryaduta Suites, Semanggi, Jakarta pada Senin (11/11/2024).

BACA JUGA: Jumlah Komisi di DPR Akan Dirampungkan Hari Ini
BACA JUGA: Komisi DPR Akan Bertambah Jadi 13, Ada Mitra Baru Kementerian Kehutanan Hingga Kebudayaan
BACA JUGA: Said Abdullah PDIP: Sudah Firm, Komisi di DPR Bertambah Jadi 13

Baca Juga

  • Titiek Soeharto Jadi Ketua Komisi IV DPR, Ini Ruang Lingkup Kerjanya
  • Paripurna DPR Tetapkan Pimpinan Komisi dan AKD, Berikut Susunan dan Mitra Kerjanya
  • DPR Resmi Tetapkan Penambahan 2 Komisi dan 1 Badan di Parlemen

Penelitian yang diketuai Dr.

Daniel Susilo ini memetakan pola produksi, distribusi, dan konsumsi film Indonesia melalui survei dengan melibatkan 1.000 responden dari empat kota besar, yaitu Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bali.

Mengacu pada hasil penelitian itu, Rahayu Saraswati menyoroti keunikan sinema Indonesia terletak pada kearifan lokal yang diusung dalam setiap karya.

"Kearifan lokal adalah roh yang membedakan film Indonesia dari film-film luar negeri.

Kita memiliki nilai-nilai budaya yang kaya dan unik di setiap daerah, dan itu harus menjadi elemen utama dalam setiap produksi film yang kita hasilkan,” ujar Rahayu Saraswati.

Penelitian ini mengidentifikasi perubahan pola konsumsi sinema masyarakat Indonesia yang kini semakin bergantung pada layanan video on demand (VOD).

Hal ini memengaruhi strategi distribusi film nasional yang harus menyesuaikan diri dengan perkembangan rekayasa digital.

“Pasca disrupsi digitasi, film tidak hanya diproduksi untuk bioskop tetapi juga untuk platform digital.

Ini adalah tantangan sekaligus peluang bagi industri kita untuk menjangkau lebih banyak penonton,” kata Rahayu.

Selain aspek distribusi, penelitian ini juga menemukan bahwa film Indonesia berperan besar sebagai produk perekonomian kreatif yang mampu menyumbang secara signifikan pada perekonomian nasional.

"Film bukan hanya hiburan, tetapi juga bagian penting dari perekonomian kreatif.

Dengan mengangkat nilai budaya kita, film dapat menjadi alat pelestari kebudayaan sekaligus sumber pendapatan domisili,” jelas Rahayu.

 

  • Berita
  • BeritaTerkini
  • BeritaHariIni
  • BeritaTerbaru
  • KabarTerbaru
  • UpdateBerita
  • BeritaGlobal
  • BeritaNasional
  • BeritaRegional
  • BeritaPolitik
  • BeritaEkonomi
  • AnalisisOlahraga
  • BeritaHarian
  • BeritaOlahraga
  • BeritaSosial
  • BeritaTeknologi
  • BeritaPendidikan
  • BeritaKesehatan
  • BeritaEntertainment