berita69.org, Jakarta - Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi buka suara soal isu transfer data pribadi warga Indonesia ke Amerika Serikat (AS), yang merupakan salah satu hasil kesepakatan penurunan tarif impor 19 persen.
Dia menjelaskan pertukaran data tersebut hanya yang sesuai dengan UU Perlindungan Data Pribadi.
Hasan menyampaikan pertukaran tersebut dilakukan kepada wilayah hukum yang sudah diakui mampu melindungi dan menjamin keamanan cyber data pribadi.
Menurut dia, hal tersebut juga dilakukan oleh berbagai negeri.
Baca Juga
- Hari Kebudayaan Bertepatan dengan HUT Prabowo, Istana: Kita Tak Anut Cocoklogi, Itu Kebetulan
- Istana: Upacara HUT ke-80 RI Akan Digelar di Jakarta
- Tarif Impor AS Turun Jadi 19 Persen, Istana: Hasil Negosiasi Luar Biasa Prabowo dan Trump
"Jadi kita hanya bertukar data berdasarkan UU Perlindungan Data Pribadi kepada negeri yang diakui bisa melindungi dan menjamin menjaga data pribadi," kata Hasan kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (23/7/2025).
Advertisement
"Itu juga dilakukan dengan berbagai kerajaan, dengan Uni Eropa dan segala macam," sambungnya.
Dia memastikan pemerintah akan tetap melindungi data pribadi masyarakat.
Hasan menuturkan pengelolaan data pribadi masyarakat juga akan dikelola oleh masing-masing nasional.
"Kita sudah ada perlindungan data pribadi, dan perlindungan data pribadi ini dipegang oleh pemerintahan kita.
Soal pengelolaan data, kita lakukan masing-masing.
Saya sudah koordinasi sama Pak Menko (Airlangga) yang jadi leader dari negosiasi ini," jelasnya.
Menurut dia, pertukaran data ini bertujuan untuk komersial.
Hasan mencontohkan jual beli barang berbahaya seperti bom yang membutuhkan keterbukaan data pembeli dan pejual.
"Bukan untuk data kita dikelola oleh orang lain , dan bukan juga kita kelola data orang lain.
Kira kira seperti itu.
Itu untuk pertukaran barang jasa tertentu yang nanti bisa jadi bercabang dua, dia bisa jadi bahan bermanfaat tapi juga bisa jadi brang yang berbahaya seperti bom.
Itu butuh keterbukaan data, siapa pembeli siapa penjual," tutur Hasan.