berita69.org, Jakarta Empat tahun sebelumnya, dunia menyaksikan Ronaldo yang kosong, nyaris tak berdaya di final Piala Dunia 1998.
Malam itu, di Prancis, il Fenomeno seperti menghilang di balik bayang-bayang alasan dan cedera.
Dunia tak tahu pasti apa yang terjadi, tetapi Brasil kalah, dan Ronaldo pulang dalam diam.
Empat tahun berselang, tanggal 30 Juni 2002, di Yokohama, ia berdiri lagi di titik yang sama—final Piala Dunia.
Bedanya, kali ini tubuhnya sehat, matanya tajam, dan hatinya siap untuk menebus segala luka.
Lawannya Jerman, tim yang tak terkalahkan sepanjang turnamen, dengan Oliver Kahn sebagai tembok kokohnya.
Saat peluit akhir berbunyi, Brasil menang 2-0.
Ronaldo mencetak kedua gol Brasil di laga itu.
Ia menangis di pelukan staf pelatih di pinggir lapangan, bukan karena kesakitan, tapi karena akhirnya ia bisa berdamai dengan takdir.
Malam itu, di bawah langit Yokohama, adalah sebuah malam penebusan baginya.
Advertisement