berita69.org, Jakarta - 80 tahun lalu pada 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.
Lambert Giebels, penulis biografi Bung Karno menyebut proklamasi RI sebagai salah satu paling sederhana pernah ada di dunia.
berita69.org menurunkan serial tulisan tentang peristiwa unik dan menarik sekitar Proklamasi Kemerdekaan RI.
Tulisan tersebut kami kumpulkan dalam TAG Mozaik Proklamasi.
Selamat menikmati
Selama ini diketahui naskah otentik Proklamasi Kemerdekaan RI ada dua lembar.
Pertama adalah tulisan tangan Soekarno dengan isi yang didiktekan oleh Muhammad Hatta.
Kedua naskah yang diketik oleh Sayuti Melik, sekretaris pribadi Soekarno.
Penyusunan naskah Proklamasi dilakukan di rumah Laksamana Maeda, seorang perwira tinggi Jepang di Jalan Imam Bonjol 1 Jakarta.
Meskipun dibahas di rumah petinggi militer Jepang, saat penyusunan naskah, tidak ada seorang Jepang pun yang turut hadir.
Laksamana Maeda hanya menyediakan tempat.
Baca Juga
- Cerita Lucu Bung Hatta Dikencingi Guntur Soekarnoputra saat Momen Tegang Penculikan Rengasdengklok
- Kisah Penculikan Rengasdengklok dan Botol Susu Guntur Sukarno yang Tertinggal
- Cerita dari Rumah Tua di Rengasdengklok, Tempat Bung Karno dan Bung Hatta Diculik
Dalam pembukaan rapat, Soekarno juga mengatakan kalau itu bukan rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melainkan rapat wakil-wakil rakyat Indonesia.
Advertisement
Menurut Sayuti Melik dalam buku Wawancara dengan Sayuti Melik disusun oleh Arief Priyadi terbitan Yayasan Proklamasi Centre for Strategic and International Studies 1986, hanya ada tiga orang yang menyusun konsep naskah Proklamasi.
Mereka adalah Soekarno, Hatta dan Ahmad Soebardjo.
Namun dalam ruangan itu ada dua orang lain yaitu Sukarni dan Sayuti Melik.
"Kami berdua hanya menganggukkan kepala saja kalau ditanya," kata Sayuti Melik tentang perannya di ruang itu bersama Sukarni.
Dalam penyusunan naskah, Hatta dan Soebardjo lebih banyak bicara, sedangkan Soekarno yang menulisnya.
Setelah selesai, konsep tulisan tadi dibacakan kepada wakil bangsa Indonesia yang hadir.
Dalam proses itu, Wakil Pemuda Chaerul Saleh menolak jika naskah ditandatangani oleh anggota PPKI yang lain.
Chaerul menyebut mereka sebagai orang-orang Jepang.
Lobi kemudian dilakukan hingga sampai pada kesimpulan naskah akan ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta.
Setelah semua pihak menerima, Soekarno meminta Sayuti Melik untuk mengetik naskah.
"Ti, ti, tik..tik!" demikian perintah Soekarno ketika itu.
Naskah dari Soekarno itu lantas diketik oleh Sayuti Melik di ruangan lain.
Ada perubahan sedikit mengenai ejaan "wakil-wakil bangsa Indonesia" menjadi "Atas nama Bangsa Indonesia".
Sayuti Melik juga mengaku menambahkan nama Soekarno-Hatta.
"Saya berani mengubah ejaan itu adalah karena saya dulu pernah sekolah guru, jadi kalau soal ejaan bahasa Indonesia saya merasa lebih mengetahui daripada Bung Karno," kata Sayuti.