Inisiasi Forum Parlemen RI-Afrika, Cerita DPR Esensial Kembangkan Kerja Sama Selatan-Selatan - News berita69.org

Inisiasi Forum Parlemen RI-Afrika, Cerita DPR Esensial Kembangkan Kerja Sama Selatan-Selatan - News berita69.org

  • Sport
Inisiasi Forum Parlemen RI-Afrika, Cerita DPR Esensial Kembangkan Kerja Sama Selatan-Selatan - News berita69.org

2024-09-02 00:00:00
DPR baru saja selesai menggelar IAPF di Bali yang merupakan forum parlemen Indonesia dengan negara-negara Afrika.

berita69.org, Jakarta - Upaya DPR RI memperkuat kerja sama dengan wilayah hukum-republik di Benua Afrika melalui penyelenggaraan Indonesia-Africa Parliamentary Forum (IAPF) dinilai cukup signifikan.

DPR disebut telah memainkan peran diplomasi parlemen untuk mendukung pengembangan Kerja sama Selatan-Selatan (KSS).

“Langkah DPR menginisiasi Forum Parlemen Indonesia-Afrika tentu patut diapresiasi.

Diplomasi parlemen yang dilakukan DPR di penghujung masa jabatan merupakan wujud konkret dari pelaksanaan semangat Bandung,” kata Dosen Hubungan Internasional Universitas Paramadina, Anton Aliabbas, Senin (2/9/2024).

Baca Juga

  • Forum Parlemen RI-Afrika Sepakati Kerja Sama Mulai dari Sektor Kesehatan pribadi hingga Ketahanan Pangan
  • IAPF Resmi Ditutup, Puan Ajak Parlemen Dunia Lawan Kebijakan Diskriminatif yang Hambat Kemajuan Republik Berkembang
  • IAPF Digelar, Puan Maharani Ajak Parlemen Dunia Jadi Penyambung Suara Rakyat dan Kedepankan Perdamaian

Seperti diketahui, DPR baru saja selesai menggelar IAPF di Bali yang merupakan forum parlemen Indonesia dengan bangsa-negeri Afrika.

Konferensi ini merupakan kali pertama digelar atas inisiasi DPR sebagai salah satu upaya memperkuat hubungan Indonesia dengan Afrika melalui jalur parlemen.

Ketua DPR RI Puan Maharani yang memimpin penyelenggaraan IAPF menyatakan forum ini juga sebagai upaya menghidupkan kembali semangat KAA (Konferensi Asia Afrika) tahun 1955 dengan mengemban misi perdamaian, menentang kolonialisme, serta mewujudkan kesejahteraan.

Kendati berangkat dari misi yang sama dengan KAA tahun 1955, namun IAPF disebut berbeda sebab saat ini Parlemen ikut berkontribusi dengan menciptakan perdamaian dan kesejahteraan di Asia Afrika.

Anton menilai, langkah DPR dapat membantu Pemerintah yang berupaya meningkatkan kerja sama dengan kerajaan-bangsa Afrika.

“Bagaimanapun juga, di tengah kondisi perpolitikan internasional yang tidak menentu, penguatan solidaritas Selatan-Selatan tidak hanya efektif bisa dilakukan oleh pemerintah saja,” jelasnya.

“Butuh kolaborasi banyak aktor yang untuk mengkonsolidasikan kerja sama antar bangsa berkembang,” sambung Anton.

Dengan tema ‘Memperkuat Kemitraan Parlemen Indonesia-Afrika untuk Pembangunan’, IAPF berfokus pada penguatan kerja sama Selatan-Selatan (KSS) dan mengembangkan hubungan antar-masyarakat yang lebih erat.

KSS sendiri merupakan bentuk solidaritas atau skema kerja sama antar republik berkembang yang dilakukan melalui berbagai hubungan bilateral dan multilateral secara mutual dengan tujuan menghasilkan solusi-solusi bersama bagi pembangunan kerajaan Selatan.

Anton mengatakan, upaya DPR dapat membantu target Pemerintah terkait hal ini.

“Harus diakui, keinginan Presiden Joko Widodo dalam meningkatkan diplomasi ekonomi global ke kawasan Afrika dalam satu dasawarsa ini terbilang sulit dieksekusi.

Upaya perluasan pasar ekspor produk Indonesia ke benua Afrika juga tidak banyak menunjukkan hasil yang menggembirakan,” paparnya.

“Oleh karenanya, langkah pararel yang dilakukan DPR tentu harapannya dapat mendorong percepatan serta keseriusan pemerintah dalam meningkatkan kualitas kerja sama dengan bangsa-kerajaan di kawasan Afrika,” imbuh Anton.

Head of Center for Intermestic and Diplomatic Engagement (CIDE) itu mendukung upaya diplomasi parlemen yang dilakukan DPR.

Menurut Anton, penyelenggaraan IAPF dapat membuahkan hasil positif karena jalur parlemen merupakan salah satu langkah efektif dalam meningkatkan hubungan bilateral antar-wilayah.

“Sebagai republik yang memiliki sejarah memelopori solidaritas domisili berkembang, mendorong pertemuan seperti IAPF adalah esensial,” terangnya.

Tentu saja, menurut Anton, penguatan kerja sama yang dilakukan tidak hanya bisa sekadar di bidang komersial saja, tetapi juga di sektor lain termasuk.

Misalnya di bidang kesehatan jiwa.

“Karena, bagaimana pun juga, pengalaman saat penanganan Pandemi Covid-19 telah menunjukkan bagaimana terjadi ketimpangan terhadap akses vaksin,” ungkap Anton.

Untuk itu, Anton mengapresiasi hasil penyelenggaraan IAPF yang salah satunya menyepakati sinergi parlemen Indonesia-Afrika dalam memerangi wabah Monkeypox (Mpox) atau cacar monyet yang tengah menjadi perhatian dunia.

“Positioning Indonesia dalam sinergi menghadapi wabah monkey pox (Mpox) atau cacar monyet yang tengah menjadi perhatian dunia menjadi sekali penting,” sebutnya.

“Kerja sama yang kuat dalam menghadapi wabah penyakit termasuk meminimalisir adanya diskriminasi terhadap republik berkembang dalam memitigasi Mpox sangat sekali dibutuhkan,” lanjut Anton.

  • Berita
  • BeritaTerkini
  • BeritaHariIni
  • BeritaTerbaru
  • KabarTerbaru
  • UpdateBerita
  • BeritaGlobal
  • BeritaNasional
  • BeritaRegional
  • BeritaPolitik
  • BeritaEkonomi
  • AnalisisOlahraga
  • BeritaHarian
  • BeritaOlahraga
  • BeritaSosial
  • BeritaTeknologi
  • BeritaPendidikan
  • BeritaKesehatan
  • BeritaEntertainment