Kisah Soekarno-Hatta Tertawa Terpingkal Ditunjuki Asap Revolusi Ternyata Petani Bakar Jerami - News berita69.org

Kisah Soekarno-Hatta Tertawa Terpingkal Ditunjuki Asap Revolusi Ternyata Petani Bakar Jerami - News berita69.org

  • Sport
Kisah Soekarno-Hatta Tertawa Terpingkal Ditunjuki Asap Revolusi Ternyata Petani Bakar Jerami - News berita69.org

2025-08-12 00:00:00
Soekarno dan Hatta sampai harus turun dari mobil mencari tahu sumber asap tersebut. Setelah tahu wujudnya, mereka semua tertawa terpingkal-pingkal.

80 tahun lalu pada 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.

Lambert Giebels, penulis biografi Bung Karno menyebut proklamasi RI sebagai salah satu paling sederhana pernah ada di dunia.

Mulai hari ini berita69.org akan menurunkan serial tulisan tentang peristiwa unik dan menarik sekitar Proklamasi Kemerdekaan RI.

Tulisan tersebut kami kumpulkan dalam TAG Mozaik Proklamasi.

Selamat menikmati.

berita69.org, Jakarta - Proklamasi kemerdekaan Indonesia terwujud setelah suasana perbedaan pendapat antara kelompok muda dan kelompok tua.

Bahkan perbedaan pendapat itu sebenarnya sudah berlangsung sejak sebelum Proklamasi.

Sebenarnya, baik kelompok tua maupun kelompok muda memiliki tujuan sama yaitu mengantar Indonesia menuju kemerdekaan, hanya caranya berbeda.

Kelompok muda sesuai kehendak alamiah pemuda menghendaki cara revolusioner yaitu Proklamasi diselenggarakan sesegera mungkin untuk menunjukkan kemerdekaan diraih tanpa campur tangan Jepang.

Sementara kelompok tua ingin Proklamasi diperhitungkan secara matang tanpa menafikan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia bentukan Jepang yang sudah berkebun sejak lama.

Setidaknya ada beberapa kelompok pendorong dinamis dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia.

Dikutip dari Sejarah Pergerakan Nasional karya Prof Dr Suhartono terbitan Pustaka Pelajar 1994, kelompok itu antara lain kelompok Sukarni, kelompok pelajar mahasiswa, kelompok Sjahrir dan kelompok Angkatan Laut (Kaigun).

Kelompok pertama ingin membentuk massa aksi untuk menghadapi pemerintah, kelompok kedua mendorong dan menyatukan pelajar dan mahasiswa dalam satu gerakan dengan menggelar rapat-rapat besar di seluruh Jakarta.

Kelompok Sjahrir bekerja sama dengan Sukarni terutama melihat perkembangan politik praktis luar negeri terkait kekalahan Jepang sementara kelompok Kaigun dimotori Subardjo, Sudiro dll mendidik pemuda menjadi tenaga penggerak Proklamasi.

Menyusul kekalahan Jepang dari Sekutu 15 Agustus 1945 para pemuda bertekad segera mewujudkan Proklamasi.

Menurut mereka, Proklamasi sudah ada di tangan mereka karena sudah menguasai massa di Jakarta.

Mereka mendesakkan tuntutan kepada Soekarno-Hatta agar memproklamasikan kemerdekaan secepat mungkin.

Oleh kelompok pemuda antara lain Sukarni, Chaerul Saleh, dan Wikana, Soekarno dan Hatta lantas dibawa ke Rengasdengklok, wilayah yang dikuasai Peta pada 16 Agustus agar mau menandatangani Proklamasi yang segera dibacakan.

Mereka khawatir kalau tetap di Jakarta, Soekarno akan diperalat Jepang.

Dalam buku otobiografinya yang ditulis Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Soekarno menceritakan momen penculikannya ke Rengasdengklok dalam bab tersendiri berjudul "Diculik."

"Sekarang, Bung.

Sekarang.

Mari kita kobarkan revolusi yang hebat malam ini juga.

Kita memiliki pasukan Peta, pemuda, Barisan Pelopor, bahkan heiho sudah siap semua.

Bila Bung memberi sinyal, seluruh Jakarta akan terbakar.

Ribuan pasukan bersenjata dan pasukan yang dipersiapkan akan mengepung kota, melaksanakan revolusi bersenjata dan menghancurkan seluruh tentara Jepang," kata Chaerul Saleh malam itu jelang membawa Bung Karno ke Rengasdengklok.

"Coba buktikan kepada saya.

Saya tidak yakin atas kekuatanmu!" timpal Soekarno.

"Kami sudah siap mempertaruhkan semua jiwa kami," balas para pemuda.

"Ya saya tahu.

Akan tetapi kekuatan yang segelintir itu tidak cukup untuk melawan kekuatan bersenjata dan kesiapan total dari tentara Jepang.Coba, apa yang bisa kau perlihatkan kepada saya.

Mana bukti kekuatan yang diperhitungkan itu.

Apa tindakan keamananmu untuk menyelamatkan perempuan dan anak-anak?

Bagaimana pandangan tentang cara mempertahankan kemerdekaan setelah diplokamirkan?

Kita tidak akan mendapat bantuan dari Jepang atau Sekutu.

Coba bayangkan kita akan tegak di atas kekuatan sendiri," ujar Soekarno kesal.

Singkat cerita, para pemuda tetap membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok pada 16 Agustus selepas sahur (saat itu bulan Ramadan) hingga sore hari.

Revolusi di Jakarta yang dikatakan para pemuda itu tidak ada.

Yang dikatakan rakyat akan melucuti Jepang tidak ada.

Tidak terjadi apa-apa di Jakarta hari itu.

Hatta menjelaskan momen seharian di Rengasdengklok dalam buku Hatta Menjawab terbitan Gunung Agung 1978.

Dia mengatakan kepada Dr Z Yasni yang mewawancarainya.

"Kami menunggu dan menunggu saja sejak pagi itu.

Kerja kami sama Bung Karno tak lain hanya berganti-ganti dengan Fatmawati memangku dan menenangkan Guntur (Guntur Soekarnoputra ketika itu berusia 8 bulan) yang menangis terus karena tidak ada susu."

Sejarah kemudian bicara bahwa Proklamasi tidak bisa dipaksakan oleh kelompok radikal di bawah Sukarni dkk.

Taktik intimidasi ternyata tidak bisa melawan hukum revolusi bahwa perubahan besar terjadi jika dikemudikan pemimpin yang tahu apa maunya, pandai membuat perhitungan tepat dan mampu mengukur kekuatan lawan.

Sore hari 16 Agustus 1945, Soekarno, Hatta, Fatmawati dan Guntur dijemput Soebardjo kembali ke Jakarta.

Di sinilah momen lucu itu terjadi.

Bersama mereka itu Sukarni mengantar ke Jakarta dengan sedikit-sedikit memegang pistol sepanjang perjalanan.

Selagi melewati wilayah Klender (sekarang jakarta Timur), mereka melihat asap api kebakaran di kejauhan.

Sukarni yang gelisah meloncat dari duduknya.

"Ha" teriaknya.

"Lihatlah!

Itu sudah mulai.

Revolusi sudah berkobar persis seperti yang kami janjikan.

Jakarta sudah terbakar.

Lebih baik kita cepat-cepat kembali ke Rengasdengklok," pekik Sukarni.

"Tidak, kita mendekat ke sana dan menyelidikinya," perintah Soekarno.

Mereka semua keluar dari kendaraan untuk memeriksa asal asap supaya lebih jelas.

Ternyata, hanya tampak petani kurus, kecil, berpakaian compang-camping sedang membakar jerami.

Soekarno menoleh ke Sukarni dan menertawakannya.

"Ini hanyalah seorang marhaen membakar jerami."

Bung Hatta juga menceritakan momen kocak tersebut.

"Dan semua kami ketawa kepingkel-pingkel.

Dan Sukarni kelihatan malu-malu kucing sedikit," kata Hatta.

Dengan situasi kebatinan saat itu wajar jika Bung Karno dan Hatta tertawa terpingkal-pingkal oleh ulah Sukarni.

Siapapun juga akan tertawa termasuk M.

Roem yang menuliskannya dalam sebuah artikel berjudul Sukarni, Anak dari Zamannya.

Artikel itu dimuat dalam buku kumpulan tulisannya Bunga Rampai dari Sedjarah terbitan Bulan Bintang 1972.

"Waktu saya membaca bagian dari Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat ini, saya tidak dapat menahan ketawa," kata diplomat yang punya andil dalam perjanjian Roem-Royen selama revolusi Indonesia itu.

  • Berita
  • BeritaTerkini
  • BeritaHariIni
  • BeritaTerbaru
  • KabarTerbaru
  • UpdateBerita
  • BeritaGlobal
  • BeritaNasional
  • BeritaRegional
  • BeritaPolitik
  • BeritaEkonomi
  • AnalisisOlahraga
  • BeritaHarian
  • BeritaOlahraga
  • BeritaSosial
  • BeritaTeknologi
  • BeritaPendidikan
  • BeritaKesehatan
  • BeritaEntertainment